Pemilik Kendaraan Jangan Asal Isi BBM, Ini Penjelasannya

Ilustrasi pengisian BBM (dok. Istimewa)

OTO Mounture — Nilai oktan bahan bakar minyak (BBM) pada setiap kendaraan bermotor yang beredar di pasaran memiliki standar yang telah ditetapkan oleh pabrikan otomotif. Nilai standar oktan inilah yang harus diketahui oleh para pemilik kendaraan untuk menjamin performa kendaraan tetap terjaga.

Oleh karenanya, pemilik kendaraan disarankan tidak sembarangan dalam melakukan pengisian BBM pada kendaraannya, sebab pada setiap model kendaraan memiliki batas atau takaran yang disebut sebagai Research Octane Number (RON) berbeda-beda.

Adapun RON merupakan kekuatan tekanan atau kompresi bahan bakar terhadap mesin. Di Indonesia sendiri, ada banyak jenis BBM yang dibedakan berdasarkan kadar oktannya, di mana semakin tinggi nilai oktannya, maka semakin mahal harganya.

Di sisi lain, semakin tinggi angka RON maka pembakaran di dalam mesin akan semakin sempurna. Hal ini yang akan mendorong mesin semakin irit dan gas buang yang dihasilkan semakin sedikit. Alhasil lebih efisien.

Ahli konservasi energi, Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjadjanto, menjelaskan bahwa agar mesin bisa bekerja dengan optimal, maka dibutuhkan bahan bakar dengan nilai oktan yang sesuai dengan spesifikasi mesin dari kendaraan itu sendiri yang biasanya tertera pada buku manual.

“Kalau pakai bahan bakar mesti dengan RON atau Cetane Number yang sesuai rekomendasi pabrikan, ini akan membuat pembakaran lebih sempurna dan membuat tenaga mesin menjadi optimal,” katanya pada acara Ngobrol Virtual (Ngovi) pada Sabtu, 27 Juni 2020.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa saat ini rata-rata kendaraan sudah mempunyai teknologi yang canggih, sehingga mensyaratkan bahan bakar yang memadai. “Kita harus tahu bensin yang masuk kategori (Euro) 3 dan 4 minimal oktan yang digunakan adalah tidak ada yang dibawah RON 91. Alternatifnya bisa 91, 92, atau 98 dan seterusnya,” terang pria yang akrab disapa Prof Yus itu.

Pada kesempatan yang sama, Nurkholis, National Technical Leader PT Toyota-Astra Motor (TAM), mengatakan bahwa dalam menentukan bahan bakar yang akan dipakai sebuah mobil atau motor, pabrikan telah melakukan riset yang dalam.

“Ketika mendesain sebuah mobil, pabrikan sudah menimbang berbagai faktor, salah satunya adalah rasio kompresi. Setiap kendaraan memiliki rasio mesin yang berbeda-beda,” tutur dia.

Selain aspek teknis tersebut, pabrikan juga wajib memperhatikan regulasi dan BBM yang tersedia untuk mobil atau motor baru tersebut. Hal itu disampaikan Endro Sutarno, Technical Service Division PT Astra Honda Motor (AHM). Menurutnya, bagian development sudah memikirkan mesin yang cocok seperti apa.

“Dan juga menentukan bahan bakar yang banyak terdapat dan mudah dicari atau tersedia di suatu negara,” tukas Endro. (OM/MC)

, , ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *