Penerapan Metode Eco Driving pada Kendaraan Niaga

Ilustrasi (Foto: dok. Isuzu)

OTO Mounture — Pada awal Juni 2022, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin) mengumumkan target penurunan emisi gas efek rumah kaca (GSK) hingga 29 persen pada 2030 sebagai upaya menghadapi isu lingkungan dan perubahan iklim.

Salah satunya melalui penerapan standar emisi Euro 4 untuk diesel yang diberlakukan sejak April 2022, yang berdampak pada emisi kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Bagi para pemilik kendaraan niaga seperti bus dan truk, salah satu metode yang dapat diaplikasikan dalam menurunkan gas emisi adalah menerapkan eco driving.

Eco driving merupakan teknik mengemudi yang mendukung efisiensi bahan bakar, mengurangi risiko pencemaran lingkungan, dan risiko kecelakaan hingga kerusakan kendaraan.

Eco driving juga memberikan pemahaman bagi para pemilik dan pengemudi kendaraan, mengenai tanggung jawab yang lebih baik bagi sesama pengguna jalan serta untuk pemeliharaan lingkungan yang lebih sustainable.

National Sales Manager TBR (Truck & Bus Radial) PT Hankook Tire Sales Indonesia Ahmad Juweni, menjelaskan bahwa metode eco driving juga dapat menjadi solusi dalam memperawet usia kendaraan, terutama kendaraan niaga seperti bus dan truk, melalui teknik pengendaraan yang dapat menjaga kondisi mesin dan komponen kendaraan secara lebih baik.

“Eco Driving tidak hanya berlaku untuk pengemudi kendaraan pribadi, tetapi juga dapat diterapkan untuk kendaraan berukuran besar seperti truk besar. Eco driving mencakup perawatan terhadap kendaraan dan keterampilan serta perilaku pengemudi saat membawa kendaraan tersebut,” katanya melalui keterangan resmi.

Adapun beberapa faktor yang dapat diterapkan melalui eco driving, diantaranya:

1. Melakukan perawatan berkala

Pemilik dan pengemudi kendaraan niaga perlu melakukan perawatan secara berkala dan tepat waktu. Hal ini bertujuan untuk selalu menjaga komponen kendaraan serta mesin dalam keadaan prima.

Penting bagi pemilik dan pengemudi untuk mengganti oli secara tepat waktu, memeriksa ketersediaan air aki, mengecek persediaan air yang ada pada wiper kendaraan hingga mengecek kondisi ban dan tekanan angin ban secara berkala.

Pemeliharaan komponen secara rutin juga dapat menghindari kerusakan mendadak yang tidak terdeteksi, yang dapat membebani sisi finansial pemilik kendaraan lebih banyak.

2. Teknik berkendara yang baik

Selain melakukan perawatan kendaraan secara berkala, para pemilik dan pengemudi kendaraan niaga perlu mengaplikasikan teknik berkendara yang baik mengikuti spesifikasi kendaraan. Misalnya dengan selalu memanaskan mesin sebelum berkendara, mengatur rute perjalanan yang akan dituju hingga mengatur kecepatan berkendara pada batas yang aman.

Untuk kendaraan berukuran besar dengan muatan yang banyak seperti truk dan bus, 60 kilometer hingga 80 kilometer per jam merupakan batas paling aman, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Tata Cara Penetapan Batas Kendaraan pasal 3 ayat 4 pada pasal 23 ayat 4.

Pengemudi juga perlu memperhatikan beban muatan untuk tidak melebihi kapasitas kendaraan. Jika terpaksa memuat beban lebih, kecepatan kendaraan harus dikurangi.

Untuk kendaraan niaga, mengendalikan kecepatan tidak hanya mengurangi jumlah angka kecelakaan, juga dapat mengurangi tingkat pencemaran udara karena semakin kencang mobil dipacu, semakin tinggi juga emisi CO2 yang dilepaskan ke udara.

3. Memilih bahan bakar yang sesuai

Para pemilik dan pengemudi kendaraan niaga juga perlu memperhatikan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan mereka, dan memilih yang sesuai rekomendasi standar pabrikan untuk menjaga kualitas dan daya tahan mesin kendaraan.

Pilihlah juga bahan bakar yang tidak mengandung timbal atau bahan campuran, yang tidak hanya dapat merusak kinerja mesin hingga proses pembakarannya, tapi juga menghasilkan lebih banyak kadar CO2 di udara.

4. Tidak melakukan akselerasi dan deselerasi mendadak

Akselerasi dan deselerasi mendadak saat berkendara tidak hanya berdampak buruk bagi mesin kendaraan, tapi juga terhadap lingkungan. Peningkatan kecepatan kendaraan atau akselerasi, dan pengereman yang tiba-tiba dapat merusak komponen mesin serta meningkatkan persentase pemakaian bahan bakar.

Pada banyak kasus, pengendara harus menekan pedal gas sampai ke lantai mobil untuk melakukan percepatan kendaraan. Hal ini dapat mempengaruhi efisiensi bahan bakar untuk bisa memompa lebih banyak bahan bakar pada mesin kendaraan.

5. Memperhatikan kondisi ban

Tidak hanya kondisi mesin yang perlu diperhatikan, ban juga menjadi komponen penting yang berdampak besar pada pengaplikasian eco driving pada truk dan bus.

Ban berperan penting dalam rolling resistance kendaraan, jika kondisinya kurang diperhatikan maka ban dapat mengalami kondisi-kondisi tertentu yang dapat mengurangi performanya, seperti kurang angin.

Kekurangan angin pada ban dapat menurunkan kemampuan rolling resistance roda, sehingga dibutuhkan lebih banyak tenaga ke poros roda. Hal ini dapat menyebabkan semakin borosnya bahan bakar, yang akan berdampak negatif pada gas emisi kendaraan. (OM/RIL)

, , ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *