OTO Mounture — Pandemi virus korona (Covid-19) telah mengubah hampir semua lini industri, tak terkecuali industri mobil bekas (mobkas). Di mana industri ini terkena dampak tersebut cukup signifikan.
Menurut data yang dirilis oleh OLX Indonesia BeliMobilgue.co.id melalui white paper bertajuk Pasar Mobil Bekasi Indonesia di Masa ‘Normal Baru’, sebuah temuan dari penelitian yang melibatkan 895 responden (diler, pembeli, dan penjual personal) dalam survei yang dilaksanakan pada 17 Mei – 1 Juni 2020, dan diperkuat dengan desktop research.
Tercatat bahwa sebanyak 68 persen diler harus berhenti operasi sementara waktu akibat penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan pemerintah. Sementara dampak dari pandemi ini sekitar 62 persen terjadi penurunan penjualan oleh diler, yang berakibat diler membeli mobil lebih rendah dari harga pasar sekitar 20 persen.
Adapun penurunan penjualan itu terjadi karena 4 hal, yaitu penerapan pembatasan sosial, penundaan pembelian mobil, kredit pembiayaan mobil semakin ketat, dan harga pasar yang turun.
Dari sisi pelanggan, mereka memiliki tantangan tersendiri yaitu pembiayaan mobil yang semakin sulit didapatkan hingga penundaan pembelian mobil karena adanya pergeseran prioritas ke kebutuhan pokok dan peralatan kebersihan. Akan tetapi, seiring dimulainya fase Normal Baru di berbagai kota di Indonesia dan juga di dunia, industri diproyeksikan akan berangsur membaik.
Lebih dari 60 persen responden mengungkapkan pemulihan akan berlangsung selama lebih dari tiga bulan. Meski demikian, industri mobil bekas diharapkan akan mulai pulih dalam waktu 2-3 bulan dengan pemulihan berbentuk V (V-Shape recovery), yang umumnya ditandai dengan kenaikan tajam ke puncak kurva (pemulihan cepat) setelah sebelumnya menurun tajam.
Temuan lain terkait prediksi pemulihan industri mobil bekas menyebutkan kendati pembelian mobil bekas tertunda, hingga 50 persen responden telah berencana untuk melakukan pembelian mobil setahun kedepan.
Kemudian, pergeseran preferensi masyarakat dari transportasi massal publik dan online ride-sharing ke kendaraan pribadi sebesar, masing-masing 21 persen dan 23 persen. Serta adanya potongan alokasi dana untuk pembelian mobil, mengakibatkan 54 persen responden mempertimbangkan untuk membeli mobil bekas. (OM/RIL)