Cegah Microsleep, Ini Batas Waktu Mengemudi yang Disarankan

Ilustrasi berkendara – Foto: Freepik.com

OTO Mounture — Microsleep adalah kondisi singkat di mana seseorang tertidur tanpa sadar selama beberapa detik. Saat berkendara, fenomena ini bisa sangat berbahaya karena mengurangi kemampuan pengemudi dalam merespons situasi di jalan.

Terlebih bagi pemudik yang akan bepergian dengan kendaraan terutama mobil, bahaya microsleep kerap menghantui dikarenakan banyak faktor salah satunya adalah kelelahan.

Untuk itu penting mengetahui cara mencegah microsleep yang bisa membahayakan saat berkendara mudik.

Adapun salah satu pencegahannya ialah dengan mengetahui batas waktu mengemudi, di mana pengemudi memerlukan waktu beristirahat sejenak jika sudah mulai merasakan kelelahan.

Rifat Sungkar, pereli nasional sekaligus Brand Ambassador Mitsubishi Motors di Indonesia, mengatakan bahwa saat berkendara maka pengemudi memiliki tanggung jawab untuk keselamatan, kenyamanan dan keamanan saat berkendara.

Foto: OTO Mounture/Luchito Sangsoko

BACA JUGA:

Tips Mudik Aman dan Nyaman Bersama Si Kecil

Evalube Gelar My Ramadan My Charity di 3 Kota

Menurutnya, cara mudah untuk mencegah microsleep saat berkendara ialah dengan beristirahat melalui penerapan 2 jam mengemudi, istirahat 20 menit.

“Setiap kita tidur 15 menit, biasanya tenaga kita nambah 1 jam. Jadi kalau bisa ini dipegang aja, 2 jam nyetir, 20 menit beristirahat,” ucapnya pada acara Buka Bersama Forum Wartawan Otomotif (Forwot) di Jakarta, Rabu, 26 Maret 2025.

Lebih lanjut ia menjelaskan alasan kenapa mengemudi harus dibatasi selama 2 jam. Menurut dia, jika mengemudi melebihi batas waktu tersebut, maka kemampuan tubuh untuk pulih akan lebih lambat.

“Jika mengemudi lebih dari 2 jam, maka baterai tubuh kita sudah habis-habisan, maka tidak bisa pulih dengan cepat. Itu karena body hours kita, ini saya pelajari saat saya balap,” ungkapnya.

Ia bercerita pelajaran tersebut didapatkan saat melakukan balap dengan trek yang cukup panjang, di mana ia mengalami kekalahan dikarenakan faktor kelelahan.

“Karena saya pengalaman saat melakukan balap trek panjang, ketika masa yang agak lama dan kurang istirahat, saya kelelahan makanya kalah. Dan kalahnya selalu di sepertiga ss (trek) terakhir, maka itu saya dapat pelajaran ini,” pungkas Rifat.

(om/ls)

, , , ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *