
OTO Mounture — Di tengah geliat revolusi hijau dan pertumbuhan kendaraan listrik (EV) yang pesat, Tiongkok kini menghadapi tantangan baru yaitu limbah baterai kendaraan listrik.
Namun, alih-alih menjadi masalah, limbah ini justru dibalik menjadi peluang bisnis bernilai tinggi, sebagaimana yang dilakukan oleh Tianjin Battery Technology, sebuah perusahaan startup di kota industri Tianjin.
Di dalam bengkel modern yang memadukan keahlian teknisi dengan sistem otomatisasi canggih, baterai bekas kendaraan listrik didaur ulang dan diberi kehidupan baru.
Kegiatan ini mencerminkan transformasi besar di pasar EV Tiongkok, yang kini menjadi pasar kendaraan energi baru terbesar di dunia.
“Kami berupaya mengekstrak nilai maksimal dari setiap baterai yang telah pensiun, tanpa menyisakan potensi apa pun,” ujar Ma Youwei, Manajer Pengendalian Material Produksi di Tianjin Battery Technology dikutip dari ChinaDaily, belum lama ini.
BACA JUGA: Chairman Toyota: Peralihan ke Mobil Listrik Tak Lebih Ramah Lingkungan dari Hybrid
Menurut data, pada akhir 2024, jumlah kendaraan energi baru (NEV) di Tiongkok mencapai 31,4 juta unit, atau sekitar 9% dari total populasi kendaraan nasional.
Kebijakan tukar tambah kendaraan yang diluncurkan pemerintah mendorong minat konsumen untuk melakukan upgrade, sehingga mempercepat pertumbuhan pasar daur ulang baterai.
Diperkirakan, pada tahun 2025, volume baterai bekas di Tiongkok akan mencapai 1,04 juta ton, dan bisa melonjak hingga 3,5 juta ton pada 2030.
Tianjin Battery Technology saat ini memiliki kapasitas pengolahan 10.000 ton per tahun, dengan tingkat pemulihan lithium lebih dari 90%.
Komponen hasil daur ulang digunakan untuk perbaikan kendaraan bekas, atau diproses menjadi tembaga, aluminium, dan lithium karbonat berkualitas tinggi.
BACA JUGA: Studi J.D. Power: Masalah pada Mobil Listrik Tiongkok Meningkat di 2025
Menurut Ke Yanchun dari China Resources Recycling Group, recycling baterai adalah strategi penting untuk mengurangi ketergantungan Tiongkok terhadap impor lithium, kobalt, dan nikel, material utama dalam industri baterai EV.
“Dengan mendaur ulang baterai bekas, kita bisa menekan ketergantungan pada pasokan luar negeri yang selama ini mendominasi sektor hulu kendaraan energi baru,” kata Ke.
Perusahaan besar seperti GEM dari Shenzhen turut mengembangkan sistem dismantling cerdas, pelacakan daur ulang digital, dan ekstraksi lithium presisi tinggi.
Pada kuartal pertama tahun ini, GEM telah mendaur ulang 10.800 ton baterai EV, naik 37% dari tahun sebelumnya.
GEM juga mengelola lebih dari 140 titik daur ulang di seluruh Tiongkok dan bermitra dengan 750+ produsen kendaraan dan baterai, termasuk mendirikan kawasan ekonomi sirkular dekat pabrik BYD, produsen EV terbesar di Tiongkok.
Sementara itu, produsen baterai raksasa CATL berencana membangun fasilitas daur ulang di Eropa, termasuk pabrik re-manufaktur di Hongaria yang dijadwalkan rampung tahun 2026.
Perusahaan lain seperti Gotion High-Tech, Envision Greenwise, dan Huayou Recycling juga memperluas kerja sama internasional, menjangkau Korea Selatan, Indonesia, hingga Prancis.
(om/ril)