
OTO Mounture — Sejak pertama kali mengirimkan kendaraan ke luar negeri pada tahun 1993, Suzuki Indonesia telah menunjukkan perjalanan panjang yang konsisten dalam industri ekspor otomotif.
Kala itu, dua model perdana, yakni Carry Futura dan RC100, menjadi pembuka jalan bagi Suzuki untuk memasuki pasar global. Langkah awal tersebut terbukti menjadi fondasi kuat bagi perusahaan dalam memperluas jangkauan produknya ke berbagai negara.
Lebih dari tiga dekade kemudian, Suzuki semakin mantap menegaskan diri sebagai basis produksi dan ekspor kendaraan. Kini, dua model terbaru, yaitu Suzuki Fronx dan Suzuki Satria resmi mengikuti jejak pendahulunya sebagai produk unggulan yang ditujukan untuk pasar internasional.
Memasuki tahun 2025, Suzuki Indonesia menyiapkan target besar yaitu 40.000 unit mobil dan 30.000 unit sepeda motor untuk diekspor. Pengiriman dilakukan dalam dua format, yaitu Completely Built Up (CBU) dan Completely Knock Down (CKD) untuk memenuhi kebutuhan beragam negara tujuan.
Dari tahun 1993 hingga kini, Suzuki telah mengekspor lebih dari 800 ribu mobil dan 1,5 juta sepeda motor. Volume yang masif ini tersalurkan ke lebih dari 100 negara, meliputi kawasan Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika, Eropa hingga Oseania.
Hampir seluruh model produksi Suzuki Indonesia pernah dikirim ke luar negeri sebagai bagian dari permintaan global yang terus berjalan.
BACA JUGA: Ekspor Suzuki Fronx Resmi Dimulai: Indonesia Jadi Basis Produksi Baru di ASEAN
Di balik tingginya volume ekspor, Suzuki telah membangun ekosistem produksi yang kokoh. Fasilitas manufaktur tersebar di wilayah Bekasi, Jawa Barat, dengan pembagian fungsi yang jelas, yakni Plant Cikarang sebagai pusat produksi mobil penumpang, Plant Tambun 2 untuk basis mobil niaga, dan Plant Tambun 1 untuk pabrik sepeda motor.
Teknologi produksi terus ditingkatkan, termasuk proses pressing, welding, painting, assembling, hingga final inspection. Suzuki juga memproduksi komponen penting seperti mesin, transmisi, dan kursi lewat fasilitas powertrain dan seat.
Hingga saat ini, Suzuki telah menanamkan investasi lebih dari Rp22 triliun sejak awal beroperasi di Indonesia. Ekosistem industri ini turut ditopang lebih dari 800 pemasok, dengan 55% di antaranya merupakan investor lokal. Bahkan, 32% di antaranya termasuk UMKM, menjadi bukti bahwa Suzuki juga menggerakkan ekonomi nasional.
Dalam memproduksi model baru seperti Suzuki Fronx, perusahaan menerapkan langkah modernisasi besar-besaran. Mulai dari penggunaan robot-robot canggih, 3D scanning, hingga pengujian teknologi mutakhir seperti Advanced Driving Assistance System (ADAS).
Kualitas produksi dan kepatuhan regulasi juga makin terbukti ketika Suzuki berhasil meraih status Authorized Economic Operator (AEO) dari Direktorat Jenderal Bea Cukai, menandakan Suzuki sebagai perusahaan yang kredibel, aman, dan patuh dalam proses ekspor.
“Kami memproduksi kendaraan berstandar global serta mampu menyesuaikan dengan regulasi negara tujuan. Langkah maju ini menegaskan peran Indonesia sebagai salah satu basis produksi strategis Suzuki di Asia Tenggara,” ujar President Director PT Suzuki Indomobil Motor – PT Suzuki Indomobil Sales, Minoru Amano.
(om/ril)








