OTO Mounture — Ada yang bilang, “Kalau hidup terasa sesak, pergilah jalan-jalan.” Tapi buat saya, jalan-jalan itu bukan cuma tentang destinasi, melainkan proses menikmati setiap kilometer yang dilewati.
Dan kendaraan, apa pun itu, motor atau mobil adalah teman setia dalam tiap pelarian kecil dari rutinitas yang penat.
Bayangkan ini: pagi yang lengang, playlist favorit yang mengalun di speaker, jendela sedikit terbuka, angin masuk menyapa pelan, dan jalanan seolah berkata, “Yuk, cari hal baru hari ini.”
Nggak ada jadwal, nggak ada tujuan pasti. Yang penting gas, dan lihat ke mana arah jalan membawa kita.
Berkelana dengan kendaraan itu seru karena memberi kebebasan. Mau berhenti di warung pinggir jalan buat ngopi? Boleh. Mau foto-foto di tengah sawah karena langit lagi cantik? Gas.
BACA JUGA:
Penjualan Jeep di Indonesia Mandek, Belum Catat Satu Unit pun hingga Mei 2025
Mitsubishi Lancer SL: Sedan Sport Kotak Legendaris Era 80-an yang Masih Diburu Kolektor
Mau putar balik karena penasaran sama jalan kecil yang tadi kelewat? Monggo. Nggak ada aturan. Kita adalah sopir, navigator, dan penentu skenario perjalanan itu sendiri.
Dan yang paling menyenangkan dari perjalanan darat adalah: setiap tikungan menyimpan cerita. Kadang kita nemu pemandangan yang bikin speechless, kadang malah nemu tempat makan enak yang nggak ada di Google Maps.
Kadang juga, kita cuma butuh jalan lurus yang panjang untuk mendengarkan pikiran sendiri sambil mobil terus melaju.
Mau sendiri, berdua, atau rame-rame, kendaraan selalu jadi ruang kecil yang menyimpan banyak hal: tawa, obrolan serius, lagu galau, bahkan kadang tangis yang tiba-tiba datang tanpa diundang.
Jadi kalau kamu sedang suntuk, jenuh, atau cuma ingin merasa hidup kembali, coba deh, berkendara. Buka peta, atau justru abaikan.
Nyalakan mesin, pilih jalur, dan biarkan dirimu larut dalam perjalanan. Siapa tahu, kamu nggak cuma menemukan tempat baru, tapi juga versi dirimu yang selama ini tertinggal di belakang.
(om/ls)