Penjualan Jetour Masih Tertinggal, Tantangan Berat di Pasar SUV Indonesia

OTO Mounture — Jetour, merek otomotif asal Tiongkok yang sempat menarik perhatian dengan peluncuran dua model SUV-nya di Indonesia, menghadapi tantangan berat dalam menggarap pasar otomotif nasional.

Berdasarkan data wholesales dari Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), Jetour hanya mencatat total distribusi sebanyak 186 unit selama periode Januari hingga Mei 2025.

Angka ini menempatkan Jetour di urutan ke-33 dari total lebih dari 40 merek yang beroperasi di Indonesia, dengan pangsa pasar yang tidak sampai 0,1%.

Kinerja ini tergolong mengecewakan mengingat kampanye pemasaran besar-besaran yang dilakukan Jetour sejak masuk ke Indonesia pada akhir 2024.

Penjualan Jetour justru mengalami penurunan signifikan dalam dua bulan terakhir. Setelah sempat mencatat 82 unit pada Februari, angkanya menurun drastis ke 20 unit pada April dan stagnan di 20 unit pada Mei 2025.

BACA JUGA:

Perang Harga Jadi Bumerang, BYD Kurangi Produksi dan Tunda Ekspansi Pabrik

Suzuki Fronx Catat 30 Ribu Peminat, 1.500 Unit Sudah Dipesan

Penurunan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang efektivitas strategi distribusi, kesiapan jaringan diler, hingga penerimaan pasar terhadap produk yang ditawarkan.

Di sisi lain, merek-merek asal Tiongkok lain seperti Chery dan BYD menunjukkan tren positif. Chery, misalnya, berhasil mendistribusikan 8.012 unit dalam periode yang sama, sementara BYD membukukan 12.013 unit, menandakan kemampuan adaptasi yang lebih baik di pasar lokal.

Meski Jetour mengandalkan desain modern dan teknologi SUV berstandar global, nyatanya hal tersebut belum cukup untuk menggeser persepsi konsumen Indonesia yang masih mengandalkan faktor kepercayaan merek, layanan purna jual, dan nilai jual kembali.

Minimnya jaringan layanan dan bengkel resmi juga menjadi salah satu hambatan utama adopsi Jetour di berbagai kota.

Dengan angka penjualan yang stagnan dan belum mampu menembus 200 unit dalam lima bulan, Jetour perlu melakukan evaluasi mendalam atas strategi pasar di Indonesia.

Tanpa perbaikan pada aspek aftersales, jaringan distribusi, dan promosi yang lebih menyentuh kebutuhan konsumen lokal, Jetour berisiko menjadi pemain minor di pasar SUV yang semakin kompetitif.

(om/ril)

, , ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *