OTO Mounture — Jenama otomotif legendaris asal Amerika Serikat, Jeep, menghadapi masa sulit di pasar otomotif Indonesia. Berdasarkan data resmi dari Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), penjualan wholesales dan retail Jeep tercatat nol unit sepanjang periode Januari hingga Mei 2025.
Kondisi ini menempatkan Jeep sebagai salah satu dari sedikit merek otomotif yang tidak mencatatkan distribusi kendaraan sama sekali selama lima bulan pertama tahun ini, sebuah ironi mengingat status Jeep sebagai ikon SUV global dengan sejarah panjang di berbagai pasar dunia.
Ketidakhadiran angka penjualan wholesales maupun retail menunjukkan adanya mandek total dalam distribusi unit Jeep dari agen pemegang merek (APM) ke jaringan diler.
Tidak hanya itu, tidak tercatat aktivitas ekspor maupun impor unit Jeep dalam periode tersebut, menandakan potensi gangguan serius dalam operasional merek ini di Indonesia.
BACA JUGA:
New Xpander Cross: Tangguh di Luar, Nyaman di Dalam
Volvo 960: Mobil Dinas Era Orde Baru yang Masih Memikat Hingga Kini
Hal ini berbeda jauh dengan kompetitor di segmen SUV premium dan adventure, seperti Toyota Land Cruiser atau Mitsubishi Pajero Sport, yang tetap menunjukkan penjualan stabil meskipun berada di segmen harga tinggi.
Jeep di Indonesia dikenal memiliki harga jual tinggi, namun kurang mampu menawarkan value-for-money bagi konsumen lokal yang kini semakin selektif.
Dengan minimnya pilihan varian, biaya perawatan yang relatif mahal, dan ketersediaan layanan purna jual yang terbatas, Jeep makin sulit bersaing dengan merek lain yang lebih adaptif dan agresif di pasar SUV.
Ketidakhadiran angka penjualan Jeep dalam waktu yang cukup lama menjadi sinyal negatif terhadap kelangsungan merek ini di Indonesia.
Tanpa strategi pembaruan produk, peningkatan layanan purna jual, dan reposisi harga yang lebih kompetitif, Jeep berisiko tersingkir secara permanen dari radar konsumen otomotif nasional.
(mc/ril)