Krisis Neta Auto: Logo Dicopot, Produksi Terhenti

Krisis Neta Auto
Foto: CarNewsChina

OTO Mounture — Nasib salah satu startup kendaraan listrik (EV) asal Tiongkok, Neta Auto, kini berada di ujung tanduk. Dalam perkembangan terbaru, logo perusahaan diketahui dicopot secara diam-diam dari kantor pusatnya di Shanghai, menandai babak baru dari krisis yang semakin dalam.

Seperti dilaporkan CarNewsChina, pekerja terlihat membongkar logo menggunakan tali dan alat pengikis pada malam hari, meninggalkan hanya bekas samar di gedung tersebut.

Pihak Neta mengonfirmasi bahwa pencopotan dilakukan karena masa sewa kantor telah habis pada Mei lalu. Namun, mereka belum mengungkapkan lokasi kantor pengganti.

Sementara itu, perusahaan menghadapi tekanan besar dari para pemegang saham milik negara yang tengah berupaya menggulingkan pendiri sekaligus CEO, Fang Yunzhou, dari jabatannya.

Ancaman Penggulingan CEO dan Potensi Restrukturisasi Bangkrut

Menurut sumber internal, sejumlah pemegang saham negara di perusahaan induk Hozon New Energy Automobile tengah mendorong digelarnya rapat dewan untuk mencopot Fang dari posisi Chairman dan CEO.

Langkah ini merupakan buntut dari kerugian perusahaan yang telah menembus 18,3 miliar yuan (sekitar USD 2,5 miliar) dan rasio utang yang melonjak hingga 217%.

Didirikan pada 2014, Fang selama ini menjadi figur sentral di balik naik turunnya Neta. Ia pernah dipuji sebagai pionir inovatif di industri EV Tiongkok.

Namun kini, gaya kepemimpinan agresifnya—termasuk ekspansi besar-besaran ke Asia Tenggara dan target ambisius untuk meraih keuntungan pada 2026—dinilai terlalu berisiko oleh pemegang saham negara yang lebih mengutamakan stabilitas jangka panjang.

Situasi semakin genting setelah laporan menyebutkan bahwa seorang investor milik negara lainnya bahkan mendorong Neta untuk memasuki proses restrukturisasi kebangkrutan, menandai potensi runtuhnya salah satu bintang awal industri EV Tiongkok.

BACA JUGA: Alasan Harga Mobil Tiongkok Bisa Lebih Murah dari Mobil Jepang atau Eropa

Masalah Keuangan, Produksi Mandek, dan Protes Pemasok

Kondisi keuangan perusahaan juga terus memburuk. Neta disebut menunggak utang kepada pemasok lebih dari 6 miliar yuan (sekitar USD 833 juta).

Salah satu pemasok utama, CATL, dilaporkan menghentikan pengiriman baterai, yang menyebabkan produksi domestik terhenti total dan berdampak pada pengiriman internasional, termasuk ke Thailand, meski Neta sempat mengamankan kredit senilai 2,15 miliar yuan (USD 300 juta) di negara tersebut.

Penurunan performa juga tercermin dari data penjualan. Setelah mencatatkan rekor 152.000 unit pada 2022, pengiriman turun menjadi 127.500 unit di 2023, dan anjlok hampir setengahnya pada 2024 menjadi hanya 64.549 kendaraan. Sinyal krisis semakin nyata dengan laporan PHK massal, penutupan toko, dan aksi protes dari pemasok.

Upaya efisiensi biaya seperti pemberian insentif saham kepada karyawan dan penyederhanaan unit bisnis belum mampu mengangkat kembali stabilitas perusahaan.

Ambisi yang Gagal Terwujud

Fang Yunzhou kembali mengambil posisi CEO setelah Zhang Yong mundur di akhir 2024. Ia langsung menetapkan sejumlah target ambisius: IPO (penawaran umum saham), ekspansi global, dan margin keuntungan positif pada 2025.

Namun kenyataannya, semua target tersebut gagal tercapai. Likuiditas semakin menipis, dan rencana konversi utang menjadi saham pun gagal dieksekusi.

Kini, nasib Neta Auto berada di ujung tanduk. Jika dewan direksi menyetujui usulan pemegang saham negara, Fang bisa kehilangan kendali atas perusahaan yang ia bangun dari nol.

Situasi ini mencerminkan jatuhnya salah satu pelopor awal industri mobil listrik Tiongkok yang dulu sempat digadang-gadang sebagai “kuda hitam”.

(om/ril)

, , , ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *