BYD Tiongkok Diterpa Tuduhan Lembur Tak Dibayar

Foto: CarNewsChina

OTO Mounture — Jenama otomotif asal Tiongkok, BYD, kembali menjadi sorotan publik. Kali ini, perusahaan tersebut menghadapi tuduhan serius terkait praktik lembur tanpa bayaran yang dialami sejumlah karyawannya.

Kontroversi ini menambah deretan isu negatif yang menerpa pabrikan bermarkas di Shenzen itu setelah sebelumnya kontroversi soal tangki bahan bakar bertekanan normal dan sempat dijuluki “Evergrande-nya industri otomotif”.

Menurut laporan dari CarNewsChina, keluhan ini pertama kali mencuat dari unggahan media sosial yang diduga berasal dari karyawan internal.

Mereka mengaku manajemen BYD secara verbal mewajibkan dua jam lembur setiap hari tanpa kompensasi, terutama di departemen teknik. Jam kerja disebut diperpanjang hingga pukul 20.00, meningkat dari tahun lalu yang hanya sampai 19.30.

“Ini berarti sekitar 40 jam kerja lembur tanpa bayaran setiap bulan,” tulis salah satu pengguna internet yang mengklaim sebagai karyawan dikutip dari laman CarNewsChina, Selasa, 10 Juni 2025.

BACA JUGA: Penjualan Anjlok, Kas Menipis: Benarkah Nio di Ambang Kebangkrutan?

Keluhan karyawan dan netizen lainnya mengungkap sejumlah kebijakan internal yang dianggap merugikan, antara lain:

– Lembur wajib tanpa kompensasi: Perintah informal agar karyawan bekerja hingga pukul 20.00 setiap hari.

– Istirahat makan siang terbatas: Meski diberi waktu satu jam, antrean makan siang menghabiskan lebih dari 30 menit, menyisakan kurang dari 10 menit untuk beristirahat.

– Pembatasan cuti ayah: Cuti lebih dari tujuh hari dapat menyebabkan pemotongan penuh terhadap bonus kinerja.

– Aturan absensi ketat: Karyawan harus absen empat kali sehari. Terlambat satu menit bisa mengurangi nilai kinerja, dan hanya satu kali “punch ulang” diperbolehkan tiap bulan.

– Pengawasan ketat di tempat kerja: Supervisor memantau agar karyawan tidak menggunakan ponsel selama jam kerja.

– Ketidakjelasan kontrak: Kontrak hanya mencantumkan gaji pokok tanpa detail bonus kinerja atau bagi hasil keuntungan.

BACA JUGA: Jetour Luncurkan SUV Urban Off-Road T1 di Panama

Salah satu karyawan dari “Divisi Bisnis Kedua Belas” mengaku hanya menerima gaji pokok sekitar 2.500 yuan (sekitar Rp5,7 juta). Tanpa lembur, ia hanya membawa pulang sekitar 2.000 yuan (sekitar Rp4,5 juta).

Untuk bisa hidup layak, ia harus menambah penghasilan lewat lembur agar bisa mencapai 4.000–5.000 yuan (sekitar Rp9 – 11 juta) per bulan.

Karyawan lain dari departemen teknik juga menyebut kontraknya hanya memuat gaji pokok. Saat wawancara, ia hanya dijanjikan “P-value”, yakni sistem evaluasi kinerja internal, sedangkan bonus lainnya bersifat tidak tetap.

Hingga berita ini dirilis, BYD belum memberikan pernyataan resmi terkait tuduhan yang beredar. Kritik publik terus meningkat, menambah tekanan terhadap perusahaan yang sedang berekspansi agresif di pasar kendaraan listrik global.

(om/ril/ls)

, , , , ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *